Minggu, 08 Juli 2012

Efek Samping Bertambah Gendut Berakibat Pada Nyeri Lutut

TEMPO.CO , Jakarta: Orang-orang yang bertambah berat badannya ternyata lebih cenderung mengalami nyeri lutut dibandingkan mereka yang berberat badan tetap atau malah kehilangan berat badan. Demikian sebuah penelitian terbaru mengungkapkan. Sebaliknya, mereka yang mengalami penurunan berat badan beberapa kilogram akan mengalami perbaikan dalam nyeri lutut yang dialami. Temuan tersebut adalah hasil penelitian para ilmuwan di Monash University Melbourne, Australia.

“Mencegah kenaikan berat badan, tak peduli berapa berat badan Anda sebelumnya, akan menjadi kunci untuk mencegah masalah lutut,” kata Dr. Susan Bartlett yang melakukan penelitian tentang tulang sendi dan obesitas di McGill University Montreal, Kanada, tapi tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Nyeri lutut adalah salah satu bentuk nyeri tulang sendi yang paling umum dan menurut Centers for Disease Control and Prevention hal tersebut dialami oleh sekitar 18 persen orang dewasa di Amerika. Meskipun penyebabnya bervariasi--mulai dari terlalu banyak gerak atau pengulangan gerakan yang sama pada atlet hingga kondisi kronis seperti arthritis--penelitian-penelitian menunjukkan adanya hubungan antara nyeri lutut dan penambahan berat badan.

Penelitian sebelumnya menghubungkan antara kelebihan berat badan dan risiko yang lebih tinggi atas terjadinya penyakit tulang sendi osteoarthritis. Namun menurut para ilmuwan Australia, penelitian ini merupakan yang pertama kali meneliti mengenai peran tambahan berat badan dalam nyeri lutut.

Untuk riset ini para ilmuwan merekrut 250 orang berusia 25 tahun hingga 60 tahun yang tidak pernah melakukan operasi lutut, mengalami luka atau penyakit berkenaan dengan sendi lutut. Lebih dari tiga perempat partisipan adalah wanita dan banyak yang kelebihan berat badan.

Untuk setiap penambahan satu kilogram berat badan, skor nyeri meningkat 1,9 poin dalam skala 500 poin. Kekakuan adalah yang terburuk dengan 1,4 poin (pada skala 200 poin) dan fungsi meningkat hingga 1,6 poin (pada skala 1.700 poin). Hasil penelitian ini dipublikasikan online di Arthritis Care and Research.

Meski demikian, penelitian ini tidak dapat menunjukkan dengan pasti bahwa penambahan berat badan menyebabkan nyeri meski para ilmuwan mengatakan bahwa kemungkinan hal tersebut menjadi sebabnya.

“Perubahannya mungkin kecil. Tapi jika Anda bisa menempatkan perubahan ini bersama-sama, hasilnya akan berbeda antara memiliki gejala yang mempengaruhi kehidupan dan menjaga mereka tetap terkendali,” ujar Bartlett seperti dikutip Reuters. Hubungan paling kuat antara penambahan berat badan dan nyeri terjadi pada partisipan yang gemuk, yang mengalami peningkatan 59 poin nyeri dibandingkan dengan hanya 6,4 poin pada mereka yang kurus.

Salah satu catatan atas penelitian ini, ungkap Bartlett, banyak orang yang berhasil menurunkan berat badan kemudian kembali lagi ke berat badan semula. Hal tersebut bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan.

“Kehilangan berat badan jika Anda gemuk, dan Anda memang memiliki riwayat arthritis, hal ini kemungkinan membantu gejala dan fungsinya. Tapi Anda tidak bisa sepenuhnya menghilangkan efek dari naiknya berat badan,” kata Bartlett.

ARBA’IYAH SATRIANI


Sumber : Tempo
 

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...